selamat datang









Pantai Maluk terdapat di Desa Maluk, Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat.Pantai Maluk. Pantai yang indah dan mempesona siapa saja ingin segera berenang dan berjemur saat cuaca sedang cerah, matahari memancarkan sinarnya dan ombak bergulung–gulung, silih berganti menuju tepi pantai. Pada akhir pekan, pantai ini akan diramaikan warga sekitar dan karyawan PT NNT untuk menghabiskan waktu, menghilangkan kepenatan setelah bekerja penuh di perusahaan pertambangan ini.

Pantai Maluk, Pantai yang bersih. Fasilitas pun lengkap, seperti tempat parkir kendaraan, warung–warung makan, penyewaan kano, bar, tempat bermain anak–anak, Musholla, WC dan kran untuk basuh badan setelah mandi di pantai, tempat duduk dipinggir pantai/berjemur matahari dan sebagainya.

Suasana pantai yang masih tergolong sepi, membuat wisatawan menjadi lebih enjoy.
Pasirnya yang putih dan lembut serta matahari yang memancarkan sinar terik, bisa membuat wisatawan betah berjemur. Bagi wisatawan yang tidak ingin berjemur atau berselancar, dapat menghabiskan waktu dengan bermain kano. Setiap kano dapat disewa dengan tarif sebesar Rp 5.000 per jam.

Puas berjemur, berselancar maupun bermain kano, wisatawan dapat mengisi perut dengan berbagai masakan laut yang membangkitkan selera. Menikmati sea food sembari menyaksikan gulungan ombak berkejar-kejaran memang sangat nikmat. Kendati mulai banyak dikunjungi wisatawan mancanegara, sayangnya fasilitas yang ada masih perlu dibenahi. Memang fasilitas di Pantai Maluk terkesan masih minim. Memang fasilitas seperti pancuran terbuka, rumah makan, arena voli pantai serta fasilitas bermain anak-anak telah tersedia. Hanya saja fasilitas tersebut kapasitasnya masih minim. Masalah lain barangkali berkaitan dengan fasilitas menginap. Memang telah ada hotel dengan tarif berkisar Rp 150.000 - Rp 250.000 per hari. Namun fasilitasnya masih terkesan seadanya. Belum dikelola secara profesional dan serius. Meski demikian, dibandingkan dengan pantai-pantai lainnya di Sumbawa Barat, fasilitas di Pantai Maluk sesungguhnya jauh lebih memadai.

Untuk mencapai pantai Maluk sangat mudah. Melalui laut terdapat penyeberangan melalui Pelabuhan Kayangan (Pulau Lombok) menuju Pototano (Sumbawa) selama 1 jam dan dilayani kapal feri selama 24 jam. Dari Tano menuju Maluk butuh waktu 2 jam lewat darat menyusuri jalan sepanjang 60 kilometer. Memang ada boat dari Kayangan ke Benete, namun fasilitas ini diperuntukkan bagi karyawan PT NNT. Waktu tempuhnya hanya 1,5 jam.


fasilitas Dan Suasana Pantai..
































Selain Maluk, masih banyak pantai–pantai di Kabupaten Sumbawa Barat yang layak dikunjungi. Anda bisa menyusuri pantai barat Sumbawa menuju utara dan menemukan pantai Poto Batu di Taliwang. Di pantai ini, Anda akan menemukan sebuah batu yang ditengahnya bolong. Setiap akhir pekan, masyarakat sekitar memadati pantai ini untuk berenang.

Selamat Mencoba.....

Tersebutlah kisah seorang raja yang memiliki sepasang putera kembar. Raja tersebut menguasai daerah kerajaan yang cukup luas, dengan keadaan rakyat yang aman, damai dan makmur. Karena keadaan itulah maka raja sangat dicintai oleh rakyatnya.

Akan halnya putera raja yang kembar tadi memilki kebiasaan yang unik yakni bila makan maka lauknya harus menggunakan gula merah, dank arena rasa saying raja terhadap kedua puteranya maka persediaan kerajaan akan gula merah tetap menjadi perhatian. Hal ini mengingat kelangsungan hidup dari kedua putera raja sangat bergantung dengan adanya gula merah. Karena jika tanpa gula merah kedua putera raja tidak mau makan.

Salah satu upaya dari kerajaan untuk meningkatkan pembuatan gula merah adalah dengan menganjurkan kepada rakyatnya untuk menanam pohon aren yang nantinya dapat dijadikan bahan pembuat gula merah. Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, pohon aren seluruh masyarakat tumbuh subur. Hal ini membuat hati sang raja bergembira.

“Bila keadaan terus begini maka rakyatku akan makmur dan puteraku tentunya akan dapat tetap hidup selamanya,” gumam sang raja dalam hati.

Namun menjelang usia putera raja menginjak sepuluh tahun, cobaan menerpa kerajaan dan seluruh rakyatnya. Pohon aren musnah ditimpa penyakit yang tidak diketahui obatnya. Dengan perasaan cemas raja mencoba bertanya kepada para menteri tentang kenyataan itu. Mereka berembug mencari jalan keluarnya. Seluruh pakar dimintai pandapatnya. Bermacam – macam cara ditawarkan dalam mengatasi persoalan itu. Semua cara telah dilakukan namun selalu gagal.

Pada suatu hari bertanyalah sang raja kepada menteri tentang perseediaan gula yang masih tersisa. Sang menteri memberitahukan bahwa persediaan gula merah hanya cukup sampai dengan tiga bulan ke depan. Dalam keadaan yang sangat mendesak tersebut diambil keputusan untuk mencari gula merah ke kerajaan lain atau kalu perlu ke pulau – pulau lain. “Siapkan bekal sebanyak – banyaknya berangkatlah, dan dapatkan gula merah sebanyak – banyaknya”, perintah sang raja kepada para menteri dan hulu balangnya.

Dimulailah pelayaran mencari gula merah itu melalui pelabuhan Labuhan Jontal. Sasaran dari utusan raja tadi adalah bagian barat dari kerajaan tersebut. Belum sampai di daerah tujuan, tepatnya di sekitar Pulau Bungin perahu rombongan raja membawa banyak uang dan barang berharga lainnya. Dengan segenap usaha yang ada para utusan raja mencoba bertahan dari serangan para perompak laut yang ganas namun usaha mereka sia – sia karena para perompak tersebut sangat tangguh. Namun demikian masih ada utusan raja yang tersisa dan berhasil menyelamatkan diri dengan berenang ke pantai dan kembali lagi menghadap raja.

Raja sangat murka mendengar cerita dari utusannya yang selamat tadi dan dengan segera mengambil keputusan bahwa dia sendiri yang berangkat mencari gula merah demi sang anak apapun yang akan dijalani. Dengan meminta izin kepada permaisuri terlebih dahulu maka berangkatlah sang raja beserta para pengawalnya untuk mencari gula merah.

Sepeninggal sang raja, tinggallah permaisuri beserta kedua puteranya. Satu bulan sudah berlalu hati sang permaisuri selalu berharap harap cemas diiringi doa semoga sang raja selamat di dalam perjalanan dan dapat segera kembali. Akan tetapi hampir empat bulan sudah berlalu kabar berita tak kunjung tiba. Hati permaisuri diliputi kecemasan. Hampir setiap hari permaisuri menangis dan menangis mengingat nasib sang raja. Menjelang satu tahun kepergian sang raja sang permaisuri hanya dapat merenung seorang diri di suatu tempat di atas bukit. Tempat tersebut sering dikunjunginya beserta sang raja dalam mengisi waktu luangnya. Permaisuri tak ingin lagi kembali ke istana. Kedua puteranya sudah tidak dihiraukan lagi. Siang dan malam dia hanya merenung dan menangis seorang diri.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, tubuh sang permaisuri telah ditumbuhi lumut dan membatu. Kedua puteranya kini telah terpisah yang satunya pergi ke arah barat melalui darat menyusul sang raja dan perjalanannya terhenti di suatu tempat yang namanya Taliwang, sedangkan puteranya yang lain tetap bersama ibunya dan berubah menjadi seekor kera.

Akan halnya putera raja yang tetap menjadi manusia dapat tetap hidup dan mencoba makan dengan lauk yang bukan dari gula merah. Bahkan sang putera raja berhasil mempersunting seorang puteri setempat untuk dijadikan istri. Dengan perasaan bagga dia kembali menemui ibu dan saudaranya sambil memboyong istrinya, namun sesampainya di wilayah kerajaannya dia dan istrinya terperanjuat oleh kehadiran seekor kera besar yang tak lain adalah saudaranya sendiri. Disangkanya kera tersebut akan menyerangnya keudian dibacoknya kera tersebut dengan pedangnya namun tidak mempan.

Karena kenyataan itu maka putera raja bersama istrinya berlari untuk menyelamatkan diri dari serangan sang kera yang sebenarnya sang kera tidak bermaksud menyerang tetapi hanya ingin memeluk saudaranya yang telah lama berpisah. Putera raja bersama istrinya terus berlari ke arah selatan dan bersembunyi di sebuah gua di pinggir pantai sampai keduanya membantu di dalam gua tersebut. Sekarang gua tersebut dikenal nama Liang Dewa, sedangkan letak kerajaannya adalah daerah atau wilayah Muer kecamatan Plampang. Dan Batu sang permaisuri sekarang ini masih dapat dilihat dan oleh masyarakat setempat disebut Batu Tongkok.


















Desa Aik Berik di Kecamatan Batukliang Utara,Merupakan pintu masuk menuju Air Terjun Benang Setokel, Tapi sebenarnya bisa dilakukan lewat pintu Desa Senaru yang berada di Kecamatan Bayan, dan Desa Sembalun Lawang. perjalanan yang paling dekat menuju Air Terjun Benang Setokel adalah melalui Desa Aik Berik yang berada di Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah yang dapat ditempuh selama satu setengah jam dari Kota Mataram.











Di wisata Air Terjun ada 2 buah air terjun yang dapat di kunjungi yaitu air Terjun Benang Stukel dan Benang Kelambu,Jarak dari Air Benang Setokel ke Air Terjun Benang Kelambu sekitar 500 meter. Untuk sampai di lokasi Air Terjun Benang Kelambu dan untuk melihat lebih dekat ke Air Terjun Benang Kelambu, harus jalan kaki dengan menuruni beberapa anak tangga sepanjang 160 m.










Di Air Tejun Benang Kelambu yang dipenuhi oleh pohon gambung yang rindang, tampak lebih mempesona. Air keluar dari sela-sela pohon gambung sehingga air yang jatuh mirip dengan kelambu/ tirai. Selain Pemandangan Air Terjun, udara yang sejuk dan bau hutan tropis, sesekali mendengar kicauan burung disela-sela derasnya air terjun. Tapi kesana harus hati-hati dengan akar pohon gambung ini karena sewaktu-waktu bisa patah dan jatuh kebawah, karena kesigapan dari pengelola Air terjun Benang Kelambu yang selalu membersihkan lokasi tersebut, sampai saat ne belum ada wisatawan yang kejatuhan akar pohon gambung.












Air Terjun Benang Setokel Tidak kalah menarik dengan Air Terjun Benang Kelambu, Air Terjun Benang Setokel mempunyai pesona lain yaitu selain lokasi mudah dicapai juga kualitas air yang deras.